Selasa, 26 November 2013

Review Film The Hunger Games: Catching Fire. Pujian Untuk Filmnya, Kritikan Justru Untuk Tim Penyelenggara Film Dalam Negeri.

"Remember who the real enemy is"




*akhirnyaaaaaa*

Finally! Film yang paling ditunggu (oleh saya haha) di tahun 2013 ini akhirnya keluar juga :D

Well done, Mr. Lawrence. You did a very good job! Filmnya greaaaat. It suits the book very very well. Sebagai penggemar novelnya, saya sama sekali tidak kecewa dengan film hasil garapan sutradara ini. Francis Lawrence berhasil menggantikan peran sutradara sebelumnya (Gary Ross) dengan amat sangat baik. Dulu saat membuat film pertama, Gary Ross memang bermain aman, bahkan terlalu aman. Tujuannya agar filmnya tetap berjalan smooth tanpa kesan terlalu sadis, sehingga tetap aman ditonton oleh remaja yang merupakan target pasarnya. Oke, tujuan tercapai, tapi konsekuensinya walau The Hunger Games banjir pujian, tak lepas dari kritikan sebagai film terjemahan novel yang gantung, tanggung, dan tidak mengenai pesan moral kuat yang terdapat dalam novelnya. Kini semuanya termaafkan saat Francis Lawrence memegang kendali dengan luar biasa di film kedua.

Francis Lawrence membuat novel Suzanne Collins teradaptasi dengan sangat baik dalam film berdurasi sekitar 2 jam 15 menit ini. Nampak jelas kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin, pemerintahan yang fasis, tingkat hedonisme masyarakat yang tinggi, termasuk ironisme reality show. Semua terkemas dengan sangat pas.

It feels like i can feel the pain.

Perasaan mengharu biru membuncah saat Victory Tour, terutama saat Katniss berkunjung ke distrik 11. Keluarga Rue, pemberontakan masyarakat, semua tergambar dengan baik. Fakta bahwa Katniss harus ikut hunger games lagi saat dirinya bahkan belum pulih dari trauma pasca hunger games sebelumnya, it also described in a good way.

Perfectly done.

Dan dengan tetap "bermain dalam zona aman", agar film ini tetap mendapat klasifikasi PG-13, maka adegan sadis penuh darah tidak ditonjolkan disini. Tapi Francis Lawrence berhasil membuktikan bahwa tanpa adegan banjir darah pun bisa tetap membuat kengerian muncul dalam "games" ini. Adegan monyet, kabut, dan jabberjay cukup kuat menimbulkan kesan "games" yang menegangkan.

Selain itu, poin yang menarik adalah cinta segitiga antara Katniss-Peeta-Gale yang diekspos lebih dalam, namun tetap dalam porsinya. Dan hal yang juga ditonjolkan dalam film ini adalah hope. Harapan. Bahkan si jahat pun menyadari bahwa sebanyak apapun rasa takut yang ia sebarkan, akan tetap kalah jika masyarakat punya harapan.

Pesan moral? Oke.

Cerita dan dialog? Oke.

Arena hunger games? Oke. Persis seperti di novel. Pasti mirip dengan hasil imajinasi para pembacanya.

Kostum? Oke.

Transformasi gaun pengantin Katniss? Oke.
Gaunnya luar biasa. Tahu kan kalau gaun pengantin Katniss itu rancangan om Rio? Hehe. Yup, Rio a.k.a Tex Saverio, desainer asal Jakarta yang sering membawa nama Indonesia di ajang internasional. Namanya mulai terkenal sejak gaun-gaun rancangannya dilirik oleh Lady Gaga. Dan kali ini gaunnya terpilih sebagai gaun pengantin Katniss. Well done..

Special effect? Oke. Terutama dengan adanya hologram-hologram yang tidak diceritakan dalam bukunya. Peningkatan bagus.

Endingnya? Sama dengan buku. Mewajibkan kita nonton film selanjutnya supaya mengerti keseluruhan cerita. Tatapan marah Katniss di akhir film seolah menjanjikan keseruan di film ke-3 dan ke-4.


Namun bukan hanya sang sutradara. Para aktor dan aktris juga melakukan bagiannya dengan menawan. Jennifer Lawrence sang Katniss Everdeen melakoni perannya dengan sangat baik. Dalam diam, matanya sanggup menggambarkan kebencian yang dalam terhadap Capitol, dan di sisi lain mampu melukiskan kesedihan tak terbendung. Haruskah peraih penghargaan sebagai aktris terbaik ini membawa pulang piala Oscar-nya yang kedua? Kita lihat saja :) Untuk peran Finnick Odair, senang sekali Sam Claflin yang mendapatkannya. He's cute enough, charming enough, and lovely enough. Saat dulu nama Robert Pattinson keluar sebagai kandidat pemeran Finnick Odair, rasanya... ah, that would be such a geuleuh thing haha -_-
Sosok lain yang mencuri perhatian adalah pemeran Johanna Mason yang pantas mendapat perhatian. Dan satu lagi, pemeran penjaga perdamaian yg baru, Komandan Thread, sosoknya benar-benar sangat *******. You're gonna love to hate him :)


Okay then, waktunya untuk kritikan.


Daaan, kritik jatuh kepada.......



Tim penerjemah filmnya -_-
Yep, the translators.


Baru kali ini kayaknya nonton di XXI dan kecewa sama subtitle-nya. Miss di beberapa kata, saya lupa pastinya, wajar sih kesalahan kecil yang masih bisa ditoleransi gitu, karena interpretasi orang beda-beda, selama masih satu konteks mah ngga apa-apa. Tapi dia typo looooh. Beberapa kali kata "bisa" berubah menjadi "bias", "memberi" menjadi "member", "Katniss" menjadi "Patniss" atau "Matniss". Apa banget kan. Kesalahan besar untuk seorang penerjemah skala nasional (eh terjemahan gini sifatnya nasional apa kaga sih?). Yah. Sayang aja karena filmnya sudah dikemas dengan bagus gitu. Mungkin dia emang lagi kejar setoran. Kita maafkan saja.

Yang lebih parahnya lagi, sepertinya beliau tidak menonton film pertamanya, sehingga beberapa terjemahan yang miss juga berasal dari situ. Beliau menerjemahkan "Girl on Fire" sebagai "Gadis yang Bersemangat" atau kadang juga "Gadis yang Terkenal". Oke, secara gramatika memang bisa dibenarkan. Tapi "Girl on Fire" dalam film ini artinya lebih sebagai "Gadis Berapi". Ini adalah istilah yang muncul di film pertama setelah Katniss muncul menakjubkan dalam kostum apinya. Seingat saya, sepanjang film hanya sekali saja istilah ini diterjemahkan dengan benar, yaitu sesaat sebelum Katniss masuk ke arena.

Baiklah. Nobody's perfect. Jika kita di posisinya belum tentu kita bisa melakukan lebih baik dari dirinya.



The Hunger Games cukup baik sebagai makanan pembuka.
Catching Fire memuaskan sebagai menu utama.
Tahun depan Mockingjay akan berlaku sebagai makanan penutup.

Walaupun ngga terlalu excited menanti Mockingjay karena Mockingjay adalah buku terlemah dalam trilogi, tapi semoga filmnya bisa lebih bagus dari bukunya :D

Overall, Catching Fire ini awesoooome menurut saya. Tidak heran bisa mendapat rating 8,2 di imdb sampai malam ini :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar