Selasa, 21 Februari 2012

A Crazy Little Thing Called Love (First Love) - 2011



 
Olrait, demam Thailand sepertinya sedang tersebar di kelas gue. Dimulai dari film horrornya sampe romantisnya, (sutradaranya sama sih). Well, entah kenapa yang paling ngena di hati gue saat ini adalah sebuah film kecil, yang ketika gue baca hasil review di internet ternyata paling banyak mendapat kritikan, diantara film romantis Thailand saingannya (seperti Bangkok Traffic Love Story dan Hello Stranger). Film ini dinilai sebagai film yang paling sederhana diantara 2 lainnya, dan tidak memiliki sindiran cerdas seperti 2 lainnya. Well, bagi gue, seorang remaja berusia 16 tahun, film ini romantiiiiis banget dan sangat menyentuh.



Story:

Alur cerita yang disajikan memang relatif sederhana. Mengisahkan seorang gadis bernama Nam yang baru masuk SMP. Nam adalah gadis yang bisa dibilang berpenampilan kurang menarik, tidak mengerti mode, dan begitupun dengan teman-teman segengnya, Cheer, Nim, Pin. Mereka sudah berteman sejak TK dan konon tidak ada yang mau berteman dengan mereka karena penampilan mereka yang culun.
Pada saat inilah, kisah yang dialami oleh hampir seluruh remaja di dunia terjadi, “jatuh cinta”. Nam jatuh cinta pada Shone, senior 3 tahun diatasnya, seorang pemain sepakbola, tampan, baik hati, lucu, dan menarik. Sosok yang sangat sempurna bagi Nam. Namun apakah Shone juga tertarik pada Nam? Dengan penampilan Nam, prestasi Nam, memang tak ada yang bisa dibanggakan dari diri Nam. Dan jelas, sulit bagi Nam untuk bisa mendapatkan hati Shone. Perjuangan Nam pun dimulai. Dengan bermodalkan buku “9 Resep Cinta”, Nam mulai mempraktikkan satu per satu tips yang disajikan pada buku tersebut. Nam mengubah penampilannya, belajar lebih giat, mendaftar kegiatan pementasan, bahkan hingga menjadi mayorate marching band sekolahnya, semua itu dilakukannya demi mendapat perhatian Shone. Disinilah penonton dibuat tergelak dan diajak untuk mengingat kembali masa-masa indah mereka.
Perjuangan cinta Nam yang terlihat mulus, ternyata memiliki banyak rintangan dari berbagai sisi. Mulai dari teman-teman seangkatan Nam yang lebih cantik, dan terus berusaha mendekati Shone. Kemudian Top, sahabat Shone yang ternyata menyukai Nam dan menembak Nam, bahkan Shone mendukungnya. Bahkan Pin, sahabat Shone sejak kecil yang juga menyukai Shone. Tapi masalah yang paling membuat Nam kesal adalah Shone yang tidak memberikan respon terhadap dirinya. Sekeras apapun dia mencoba, sekeras apapun dia berusahan, dia berubah menjadi sangat cantik, bahkan hingga menjadi gadis paling popular di sekolah pun, Shone tidak berpaling padanya.

Saat pertama kali Nam berusaha mengikis kulitnya, Shone mengatakan dia seperti punya penyakit kuning. Saat Nam melepas kacamatanya untuk pertama kalinya, Shone mengatakan dia sama saja, tidak berubah. Saat Shone menolong Nam ketika Nam jatuh dari tangga, jantung Nam terasa mau copot karena bersentuhan dengan Shone, tapi Shone tidak bereaksi sedikit pun. Bahkan ketika valentine, Nam terus menunggu kado dari Shone, akhirnya Shone datang dan mengantarkan mawar putih, hati Nam rasanya akan meledak, dan ternyata bunga itu dari teman Shone yang dititipkan kepadanya. Sungguh hancur rasanya Nam bekerja sekeras itu selama 3 tahun dan tidak membuahkan hasil.
Waktu terus berjalan. Nam menjadi semakin baik dan semakin baik. Dia terus berusaha terlihat cantik, pintar, tanpa kehilangan jati dirinya. Angkatan Shone akhirnya lulus, dan akan segera meninggalkan sekolah untuk melanjutkan ke universitas. Akhirnya Nam berhasil mengumpulkan kepercayaan diri untuk mengungkapkan cintanya kepada Shone. Sayang sekali, Nam tidak berhasil meraih cinta Shone karena ternyata Shone sudah berpacaran dengan Pin. Hati Nam hancur bukan main.
Untung saja, Nam mendapatkan obat yang bisa meringankan sedikit sakit hatinya. Ternyata Nam mendapatkan peringkat satu di kelas, dan itu artinya, ayah Nam harus mengajak Nam ke Amerika, karena itulah yang beliau janjikan kepada Nam. Nam pun pergi ke Amerika dan Shone sendiri mendapatkan beasiswa sepakbola ke Bangkok.
Saat itulah, Shone beranjak dengan langkah yang sangat berat menuju kamarnya. Pertama dia membuka kulkas dan menatap sebuah coklat dengan tatapan penuh haru. Ternyata itu adalah coklat pemberian Nam tiga tahun lalu! Walaupun coklat itu meleleh dan tidak bisa dimakan, ternyata Shone menyimpannya selama tiga tahun ini! Shone pun beranjak ke kamar dan membuka buku bersampul kulit hitam. Ternyata itu adalah buku kumpulan foto Nam. Hal yang tidak pernah penonton duga sebelumnya, bahwa ternyata Shone pun sudah menyukai Nam sejak tiga tahun lalu! Sejak Nam masih berwajah culun, tidak berprestasi, dan bukan siapa-siapa. Shone menaruh hati sangat dalam, hanya tidak mampu mengungkapkannya. Betapa Shone sangat senang setiap bertemu dengan Nam. Betapa Shone memiliki perasaan yang dalam terhadap Nam sejak dulu.
Sembilan tahun berlalu, Shone sekarang menjadi fotografer terkenal dan membuka galeri sendiri. Nam pun kembali dari Amerika dan ternyata sudah menjadi seorang desainer yang sangat terkenal di New York, warga Thailand pun mengetahui nama besarnya. Dan cerita ini berakhir dengan bahagia.

Tanggapan Gue:

Kereeeeeen bangeeet!!! Gila ini film abis bikin gue ngakak ngakak bareng anak-anak, pas bagian klimaks itu ngerasa sakiit banget. Cenat cenut sumpah. Gue sampe nangis bercucuran air mata, seriusan. Sakit hati gitu gue ngerasanya. Pas bagian tengahnya juga ngerasa seneng banget nontonnya, mungkin karena gue masih SMA kali ya. Ngerasa itu kayak kisah gue gitu. Naksir kakak kelas, seneng-seneng ga jelas, pokoknya gue ngerasa bisa ngerti banget perasaan Nam ke Shone gitu. Pas tau ternyata selama 3 taun ini Shone juga suka sama dia, tapi Shone itu cemen banget kayak banci ga berani ngomong. Ih sebel! Kesel nontonnya teh. Kesel pas bagian akhirnya doang sih. Aaaaaah pokoknya suka! Film ini SMA banget pokoknya. Buat yang udah lulus juga, bahkan orang dewasa sekalipun nonton ini bisa balik ke masa-masa paling indah itu kayanya hahaha. It’s a must movie! ©©©©©

Adegan Favorit Gue:

Adegan favorit? Apa ya? Aduh di benak gue adegan paling berkesan emang pas pengungkapan konflik itu. Pas bagian Shone buka buku kayak diary gitu yang isinya foto-foto Nam. Selama ini kan kita ngeliat dari sudut pandang Nam ya, kita tahu seberapa besar dia berjuang, betapa keras dia berusaha jadi cantik, pinter, tapi Shone nya ga respon sedikitpun. Betapa Nam berharap banget bisa duduk di motornya, bisa dibilang cantik, atau apapun. Tapi Shone sama sekali kayak ga ngerti kalo Nam suka sama dia sejak kelas 1 dulu. Dan setelah mengetahui alasan Shone, kenapa dia ga pernah bilang Nam cantik, kenapa dia ga ngasih kado valentine, aaaaah gila banget ini bisa bikin hati gue sakit banget yang nontonnya aja. Gimana kalo gue jadi Nam ya? Nah pokoknya itu adegan favorit gue deh.
Adegan waktu Nam mempraktikkan buku resep cinta buat menggaet Shone juga lucu tuh. Manis. Bikin gue inget masa-masa bodoh waktu naksir sama RS (seorang senior di sekolah). Yang bikin feel nya lebih berasa gara-gara temen-temennya bantuin terus dengan ikhlas dan uuh makin berasa kayak pengalaman gue hehe.
Adegan waktu Nam akhirnya berhasil mengumpulkan keberanian dan nembak Shone juga berkesan tuh. Anyway, setiap Shone nembak Nam kenapa gue ikut ngerasa deg-degan ya? Ikut seneng gitu hehe. Pokoknya pas bagian nembak itu kayaknya Nam tumpah dan lega banget. Sayang banget Shone udah jadian sama Pim. Kan orang-orang bilang film ini sedih ya, gue pikir sedihnya pas bagian nembak itu, kata gue, kok ga begitu sedih ya? Eeeeh ternyata klimaksnya bukan disini. Aaaaah gue suka sama sutradaranya deh pokoknya. Dia tuh bisa banget membawa perasaan kita terombang-ambing. Dari 4bia (dia bukan sih sutradaranya? Apa shutter ya dia mah? Whatever), Bangkok Traffic Love Story, Hello Stranger, dan sekarang ini? Omg cool job, man!
Secara ga langsung hampir semua scene adalah adegan favorit gue. Soalnya hamper setiap adegan yang menceritakan perjuangan Nam, dan akhirnya bakal diungkap di ending dari sudut pandang Shone, itu yang bikin indah. Hahaha dasar anak remaja. Ntar kalo gue udah 20 tahunan dan baca tulisan ini sendiri bakal kayak apa ya? Apa gue berubah? Apa gue bakal geli sendiri ngebacanya? Apa gue bakal senyum-senyum? Well, let’s see few years later. Ahelah malah curhat kan jadinya, haha salah lokasi nih harusnya kan nulis resensi film. Okay, that’s enough from me.

Adegan Yang Gue Ngga Suka:

Oke, secara ya orang baik kayak gue pasti ga suka adegan cewe jahat berhasil ngerebut perhatian melebihi si tokoh utama. Haha udah sih itu aja. Di film ini ga ada adegan membosankan, ga ada scene yang menurut gue ga penting, rating gue kan 95%  buat film ini uhuhuhuhuh indahnya masa-masa SMA, indahnya masa-masa cinta monyet. Tapi, apakah kisah cinta monyet gue berakhir indah seperti Nam? Tidak? O, ini belom berakhir kali. Gue juga masih punya kesempatan buat mendapatkan happy ending gue :*

Quote:

“He’s like the power thatsupport me to be better and better,” – Nam
“Love can win everything, especially fear,” - Shone

Tidak ada komentar:

Posting Komentar