Rabu, 01 Mei 2013

Slumdog Millionaire, Sebuah Kisah dari Mumbai

Pagi ini baca link yang dikasih Iro di whatsapp, dan ketika membaca headline-nya aja rasanya udah miris. “10 Negara Dengan Sanitasi Terburuk di Dunia, Indonesia Peringkat 2”. Wew. PBB menyatakan 2,5 miliar orang di dunia masih hidup dengan sanitasi yang buruk, salah satunya terbanyak di Indonesia. Ya, menurut data PBB ada 63 juta penduduk Indonesia yang masih belum memiliki toilet. Dan predikat penyumbang sanitasi terburuk di dunia nomor 1 dinobatkan kepada India.

India.

Membahas kondisi kumuh di India jadi mengingatkan ke sebuah film.

Yup. Slumdog Millionaire. Sebuah film India yang berhasil menembus Box Office America dan mendapatkan 8 penghargaan Oscar pada tahun 2009. Belum lagi penghargaan-penghargaan lain. Hebat. Nah, gara-gara ngobrol sama Kak Ofah tentang film ini jadi pengen nonton lagi. Daaan, setelah lama ga nonton ternyata feelnya masihsama hehe. What a movie :D

Slumdog Millionaire menceritakan kisah seorang yatim piatu  bernama Jamal Malik. Jamal mengikuti sebuah kuis yang sedang tenar pada saat itu, yaitu “Who Wants to be A Millionaire?”. Sebenarnya, tujuan utama Jamal mengikuti kuis itu bukan karena menginginkan uang, tetapi karena ingin bertemu dengan wanita yang dicintainya, karena dia tahu gadis itu selalu menonton kuis ini.

Permasalahan muncul ketika si pembawa acara menaruh rasa curiga pada Jamal karena ia selalu bisa menjawab pertanyaan, bahkan bisa melampaui titik aman yang belum pernah dilewati oleh seorang profesor sekalipun. Akhirnya Jamal diinterogasi polisi, bahkan sampai disiksa dan dipaksa mengakui kecurangan apa yang dia lakukan. Padahal Jamal bisa menjawab karena kebetulan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan di dalam kuis berhubungan dengan kisah masa kecilnya. Berhubungan dengan kejadian-kejadian penting dalam hidup Jamal yang tidak akan mungkin bisa ia lupakan.

Sisi menarik dari Slumdog Millionaire adalah karena menggunakan flashback untuk mengungkap informasi.  Film ini mampu menyampaikan kesedihan, penderitaan, kesulitan, dan kekejaman yang terjadi di wilayah miskin. Tentang hal-hal pahit rakyat kumuh yang bahkan terjadi pada anak-anak. Pokoknya film ini berfokus pada anak-anak miskin dan kemampuan mereka untuk bertahan hidup di daerah kumuh dengan martabat dan harapan. Dalam film ini, si pembuat film menyatakan sebuah quotation yaitu destiny is written, tapi kitanya harus berusaha sekuat tenaga. Yeah, it is a great movie afterall. :D

Ehm. That's the positive things, but there are also some negative side.
Pemeran tokoh utama, (Jamal, Salim dan Latika) diperankan oleh anak-anak kumuh sungguhan. Namun, berita kurang mengenakkan hadir, (saya juga dulu taunya dari temen sih). Ternyata suksesnya film ini tidak berimbas sejalan dengan kehidupan anak-anak kumuh pemerannya. Tahukah? Mereka kembali tinggal ke rumah reyot mereka yang menyedihkan. Yang lebih parah malah keadaan Rubina Ali, pemeran Latika kecil ini dijual oleh Ayahnya, Rafiq, melalui internet dengan harga £200,000 (sekitar Rp 3,2 Milyar). Menurut pengakuan sang Ayah, hal ini terpaksa dilakukan agar kehidupan ekonomi mereka lebih baik. Ayahnya menyalahkan Hollywood karena walaupun anaknya terkenal dan film Slumdog Millionaire memperoleh Piala Oscar, kehidupan mereka tidak menjadi lebih baik.


I really really don't know what to say.....




Tidak ada komentar:

Posting Komentar